sekitatBANDUNGcom – Pemandangan di Lapangan Kantor Kecamatan Sukajadi pada Sabtu pagi, 19 Juli 2025, terlihat berbeda dari biasanya. Sejak fajar menyingsing, area yang biasanya lengang tersebut telah dipadati oleh ratusan warga yang datang dengan antusiasme tinggi. Di tengah-tengah lapangan, puluhan tenda berwarna cerah berdiri tegak, di bawahnya tersaji berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang membuat dahi tak lagi berkerut. Inilah suasana Gerakan Pangan Murah (GPM) atau yang lebih akrab disebut Pasar Murah, yang digelar oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
Acara yang berlangsung selama satu hari penuh tersebut bukan sekadar program rutin pemerintah. Bagi lebih dari 500 kepala keluarga di kawasan Sukajadi dan sekitarnya, kegiatan tersebut adalah sebuah oase di tengah tekanan ekonomi dan kenaikan harga yang terus terasa. Ini adalah dampak nyata dari kebijakan yang membumi. Namun, di antara semua transaksi jual-beli yang terjadi, ada satu kalimat, satu harapan, yang terus-menerus diucapkan oleh warga kepada para petugas. Kalimat sederhana tersebut menjadi cerminan sesungguhnya dari keberhasilan program ini.
Senyum Merekah di Wajah Ratusan Ibu-Ibu
Atmosfer di lokasi pasar murah terasa begitu hidup dan penuh kelegaan. Para ibu rumah tangga, yang menjadi garda terdepan dalam mengelola keuangan keluarga, terlihat sibuk membandingkan harga dan mengisi tas-tas belanja mereka. Salah satunya adalah Ibu Tati (45), seorang ibu tiga anak yang tinggal tak jauh dari lokasi. Sambil menenteng sekantong beras dan sebotol minyak goreng, senyumnya tak henti merekah.
“Alhamdulillah, sangat terbantu sekali. Harga minyak di sini bisa selisih tiga sampai empat ribu rupiah dari warung, beras juga sama. Kalau dihitung-hitung, dari belanja di sini saja saya bisa hemat sampai tiga puluh ribu rupiah. Uangnya bisa buat tambahan uang jajan anak-anak,” ujarnya dengan mata berbinar.
Lain lagi cerita Bapak Asep (62), seorang pensiunan yang datang bersama istrinya. Baginya, pasar murah bukan hanya soal harga, tetapi juga soal aksesibilitas. “Kalau sudah tua begini, mau pergi jauh ke pasar besar itu berat. Adanya pasar murah di dekat rumah seperti ini benar-benar menolong kami,” tuturnya. Di tengah antrean yang tertib, obrolan ringan antar tetangga terjalin, mengubah acara belanja menjadi ajang silaturahmi. Dan dari mulut Ibu Tati, Bapak Asep, dan ratusan warga lainnya, satu kalimat sakti itu pun terucap: “Terima kasih, dan semoga bisa rutin diadakan.”
Seorang Sosiolog dari Universitas Islam Bandung (Unisba), Dr. Bambang Samsul, M.Si, melihat fenomena ini lebih dari sekadar transaksi ekonomi. “Program seperti pasar murah memiliki dampak sosial yang kuat. Ia menciptakan apa yang disebut ‘solidaritas mekanik’, di mana warga merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas yang diperhatikan oleh pemerintah. Kehadiran negara secara fisik di tengah mereka, menawarkan solusi nyata, dapat secara signifikan meningkatkan kepercayaan dan kohesi sosial,” jelasnya.
Di Balik Harga Murah: Misi Pemkot Memerangi Inflasi
Kehadiran pasar murah di Sukajadi bukanlah sebuah program yang berdiri sendiri. Acara tersebut merupakan bagian dari strategi besar Pemkot Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) untuk mengendalikan laju inflasi di tingkat kota. Inflasi, terutama pada sektor bahan pangan, menjadi momok yang paling menggerus daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan menggelar pasar murah secara bergiliran di 30 kecamatan, Pemkot berusaha menjaga agar harga komoditas strategis seperti beras, minyak goreng, gula, telur, dan daging ayam tetap stabil dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah, menegaskan peran penting program tersebut. “Gerakan Pangan Murah adalah intervensi kami untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga. Ini adalah bagian dari tanggung jawab pemerintah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dan daya beli masyarakat, terutama kelompok rentan, tetap terjaga,” katanya dalam sebuah rilis media.
Memotong Rantai Pasok: Rahasia di Balik Harga Terjangkau
Pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaimana bisa harga di pasar murah jauh lebih rendah dari harga di pasar tradisional atau ritel modern? Rahasianya terletak pada pemotongan rantai distribusi. Pemkot Bandung, melalui dinas terkait, bekerja sama langsung dengan para produsen utama.
Beras, misalnya, dipasok langsung oleh Perum Bulog. Gula dan minyak goreng didatangkan dari distributor besar tingkat pertama. Sementara itu, telur dan daging ayam disuplai langsung dari kelompok peternak lokal. Dengan menghilangkan beberapa lapis perantara atau tengkulak, yang masing-masing mengambil margin keuntungan, harga di tingkat konsumen bisa ditekan secara signifikan. Efisiensi rantai pasok inilah yang “dihadiahkan” kembali kepada masyarakat dalam bentuk harga yang lebih murah.
Pengamat ekonomi dari INDEF, Nailul Huda, menjelaskan efektivitas model ini. “Operasi pasar atau pasar murah yang efektif adalah yang berhasil memotong setidaknya dua hingga tiga titik dalam rantai distribusi. Semakin pendek rantainya, semakin besar manfaat yang bisa dirasakan oleh konsumen akhir. Ini adalah strategi klasik namun selalu relevan untuk mengendalikan harga pangan,” terangnya.
Sebuah Harapan yang Terus Bergulir
Pasar Murah di Kecamatan Sukajadi mungkin telah usai, namun dampak dan harapan yang ditinggalkannya masih terasa. Keberhasilannya membantu lebih dari 500 keluarga dalam satu hari adalah bukti nyata bahwa kebijakan yang tepat sasaran mampu memberikan kelegaan yang konkret.
Namun, suara hati warga yang terus menggema—”semoga rutin diadakan”—adalah pekerjaan rumah yang sesungguhnya. Permintaan tersebut adalah sebuah sinyal bahwa program seperti ini bukanlah sebuah kemewahan, melainkan sebuah kebutuhan. Tugas pemerintah selanjutnya adalah mengubah program yang bersifat insidental ini menjadi sebuah jaring pengaman sosial yang lebih permanen dan bisa diandalkan oleh warganya setiap saat.
Bukan hanya pasar murah sukajadi, ada juga loh pasar murah yang lain, baca selengkapnya di – Pasar Murah Burangrang Ramai Dikunjungi Warga, Banyak Bahan Makanan Pokok Dengan Harga Miring

