Aksi Nekad! Ayah di Tangerang Protes PPDB Zonasi, Ukur Jarak SMAN 5 Setelah Anaknya Gagal Diterima

sekitarBANDUNGcom, Bandung, 10 Juli 2023 – Kisah perjuangan orang tua dalam memastikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya memang tidak pernah ada habisnya. Namun, kali ini, perjuangan

sekitarBANDUNGcom, Bandung, 10 Juli 2023 – Kisah perjuangan orang tua dalam memastikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya memang tidak pernah ada habisnya. Namun, kali ini, perjuangan seorang ayah di Kota Tangerang mencuri perhatian publik karena aksinya yang tak biasa. Ayip Amir, orang tua siswa yang merasa geram dan kecewa setelah putranya tidak diterima di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Kota Tangerang, nekat melakukan aksi protes unik: mengukur jarak terdekat dari pemukiman warga ke sekolah secara manual menggunakan meteran.

Protes Viral Terhadap Sistem PPDB Zonasi

Aksi nekat Ayip Amir ini terekam dalam sebuah video amatir dan dengan cepat menjadi viral di media sosial. Dalam aksinya pada Senin, 10 Juli 2023, Ayip Amir didampingi oleh dua orang putranya. Mereka terlihat teliti menggunakan meteran untuk mengukur jarak terdekat antara pemukiman warga dengan SMAN 5 Kota Tangerang.

Tujuan dari pengukuran manual ini sangat jelas: untuk membuktikan adanya kejanggalan dalam sistem penerimaan siswa yang berlaku, yaitu PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) jalur zonasi. Ayip Amir bertujuan untuk mencari siswa-siswa yang tinggal dalam jarak kurang dari 100 meter dari sekolah, yang seharusnya memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima.

Namun, hasil dari pengukuran tersebut justru memperkuat dugaan Ayip. “Kami sengaja membawa meteran, biar puas sekalian kita cari itu nama siswa yang tertera dari 59 meter hingga 100 meter dan hasilnya nihil, tidak ada satupun nama siswa di dekat sekolah itu,” ungkap Ayip Amir. Temuan ini menjadi landasan kuat bagi Ayip dalam mengajukan protesnya.

Video aksi Ayip Amir diunggah oleh akun Instagram undercover.id dan dalam waktu singkat mendapatkan lebih dari 16 ribu likes serta ribuan komentar. Respons publik yang luar biasa ini menunjukkan bahwa banyak netizen yang merasa terwakili oleh tindakan Ayip. Kisah ini menyentuh emosi banyak orang tua yang juga menghadapi frustrasi serupa dengan sistem PPDB zonasi.

Aksi Nekad! Ayah di Tangerang Protes PPDB Zonasi, Ukur Jarak SMAN 5 Setelah Anaknya Gagal Diterima
Baca juga : Fecal Coliform Sungai Cikapundung Tinggi, DLH Bandung: Warga Terancam Dampak Kesehatan

Polemik PPDB Zonasi: Antara Niat Baik dan Keresahan di Masyarakat

Sistem PPDB zonasi, yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sebenarnya memiliki niat baik. Tujuannya adalah untuk memeratakan akses pendidikan, menghilangkan diskriminasi, dan mendorong terciptanya sekolah-sekolah yang berkualitas tanpa memandang lokasi. Namun, dalam implementasinya, sistem ini kerap memicu polemik dan keresahan di masyarakat.

Keresahan utama muncul dari orang tua yang merasa anaknya tidak diterima di sekolah terdekat, sementara ada siswa lain yang diduga tinggal lebih jauh namun berhasil masuk. Kejanggalan-kejanggalan seperti yang ditemukan Ayip Amir—di mana tidak ada siswa yang tinggal sangat dekat namun berhasil masuk—menjadi bukti adanya celah dalam sistem, baik itu dalam hal pendataan alamat, manipulasi data, maupun masalah teknis lainnya.

Ayip Amir menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk menemukan kejanggalan dalam sistem penerimaan siswa di SMAN 5 Kota Tangerang. Ia merasa tidak adil jika putranya, yang tinggal dalam jarak yang relatif dekat, tidak diterima sementara siswa-siswa yang tinggal lebih jauh justru berhasil.

Aksi Nekad! Ayah di Tangerang Protes PPDB Zonasi, Ukur Jarak SMAN 5 Setelah Anaknya Gagal Diterima

Dampak dan Seruan untuk Transparansi

Tindakan Ayip Amir, meskipun terbilang unik, memiliki dampak besar dalam menyuarakan keresahan publik. Aksi protes ini memaksa pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat untuk memberikan klarifikasi dan penjelasan yang lebih transparan mengenai data dan mekanisme PPDB zonasi.

Penting bagi pemerintah untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki sistem PPDB zonasi agar benar-benar adil dan transparan. Mekanisme pengaduan yang efektif, verifikasi data yang ketat, dan sosialisasi yang jelas menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem ini. Selain itu, pemerintah juga perlu berfokus pada peningkatan kualitas sekolah di setiap zona, sehingga orang tua tidak lagi harus berebut untuk memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah favorit.

Kisah Ayip Amir menjadi pengingat yang kuat bahwa di balik setiap kebijakan publik, ada cerita individu dan keluarga yang terdampak. Suara warga yang merasa tidak adil harus didengarkan dan ditanggapi dengan serius, demi terciptanya sistem pendidikan yang lebih baik dan merata bagi seluruh anak Indonesia.

Baca juga : Hadirkan Vierratale dan Ardhito Pramono, Erasoundwave 2025 Siap Tampilkan Pertunjukan Spektakuler di Bandung

(adm)

Related Post

Tinggalkan komentar