Misteri Suku Korowai: Kanibalisme, Rumah Pohon, dan Kehidupan Terisolasi di Jantung Papua

Sebuah suku bernama Korowai, yang mendiami wilayah Papua Selatan dekat perbatasan Papua Nugini, menjadi sorotan karena praktik kanibalisme dan gaya hidup mereka yang unik. Suku

Redaksi Sekitar Bandung

Sebuah suku bernama Korowai, yang mendiami wilayah Papua Selatan dekat perbatasan Papua Nugini, menjadi sorotan karena praktik kanibalisme dan gaya hidup mereka yang unik. Suku ini diperkirakan telah ada selama 10.000 tahun dan hidup dalam isolasi hingga kontak pertama dengan dunia luar terjadi pada tahun 1970-an.

Asal Usul Nama dan Kehidupan Awal suku

Suku Korowai juga dikenal dengan sebutan “Klufo Fumanop,” yang berarti “orang yang biasa berjalan kaki.” Nama “Korowai” sendiri berasal dari orang Belanda yang lebih mudah melafalkannya. Sebelum tahun 1970, diyakini bahwa Suku Korowai tidak menyadari keberadaan manusia lain di luar kelompok mereka. Kontak pertama dilakukan oleh sekelompok ilmuwan pada tahun 1974 yang secara tidak sengaja memasuki wilayah mereka.

Baca juga : Tampil Memukau di Semifinal America’s Got Tallent 2023, Putri Ariani Dapat Standing Ovation dari Para Juri

Ritual Kanibalisme dan Kepercayaan “Kakua”

Salah satu aspek yang paling mengejutkan dari Suku Korowai adalah praktik kanibalisme. Namun, penting untuk dipahami bahwa kanibalisme ini bukanlah untuk pemenuhan kebutuhan pangan, melainkan bagian dari ritual kepercayaan mereka.

Suku Korowai percaya pada adanya “Kakua,” yaitu penyihir berbentuk laki-laki yang datang dari akhirat dan menyebabkan kematian misterius serta wabah penyakit seperti malaria, tuberkulosis, dan anemia. Untuk memberantas sihir Kakua dan melindungi anggota suku lainnya, mereka akan mengidentifikasi seseorang yang diyakini sebagai Kakua, kemudian menangkap, membunuh, dan memakan orang tersebut. Mereka menganggap tindakan ini sebagai bentuk keadilan tertinggi.

Rumah Pohon Sebagai Perlindungan

Keunikan lain dari Suku Korowai adalah tempat tinggal mereka. Mereka membangun rumah di atas pohon dengan ketinggian mencapai 70 meter. Rumah-rumah ini terbuat dari tangkai-tangkai pohon yang ditemukan di hutan. Alasan utama pembangunan rumah tinggi ini adalah untuk melindungi diri dari roh jahat yang mereka yakini bersembunyi di hutan. Semakin tinggi rumah, semakin aman dari gangguan roh jahat.

Kehidupan Sehari-hari dan Keterisolasian

Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Korowai mengandalkan alam. Mereka berburu untuk mendapatkan makanan dan menggunakan tanaman serta ilmu sihir untuk pengobatan jika ada yang sakit. Populasi Suku Korowai diperkirakan mencapai sekitar 3.000 orang. Sebagian besar dari mereka masih hidup dalam keterisolasian dan tidak menyadari adanya dunia luar serta peradaban lain. Mereka hanya mengenal suku, kepercayaan, dan kultur mereka sendiri.

Perspektif Modern dan Tantangan

Keberadaan Suku Korowai dengan tradisi uniknya ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan diskusi. Jurnalis dan peneliti dari berbagai negara telah mengunjungi mereka untuk mendokumentasikan kehidupan dan kepercayaan Suku Korowai. Kisah mereka menjadi pengingat akan keragaman budaya manusia dan bagaimana kelompok-kelompok terpencil mengembangkan cara hidup mereka sendiri dalam menghadapi tantangan alam dan menjelaskan fenomena yang tidak mereka pahami.

Baca juga :

Setelah Putri, Sekarang Giliran Cakra Khan GOncang Panggung Americas Got Tallent

Sumber:

Related Post

Tinggalkan komentar