Teruntuk Papih-Mamih, Jangan Ribut Didepan Anak ! Mereka Peniru Yang Ulung

Teruntuk Papih-Mamih, Jangan Ribut Didepan Anak ! Mereka Peniru Yang Ulung

sekitarBANDUNGcom – Anak-anak tumbuh dan berkembang melalui proses meniru. Setiap saat, mereka selalu mengamati dengan mata, menyimak dengan telinga, dan mencerna segala yang orang tua lakukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika anak-anak bisa tumbuh menjadi sosok yang sangat mirip dengan orang tua mereka dalam versi kecil.

Sebagai panutan bagi anak, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan perilaku yang ingin mereka tiru. “Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan meniru, karena pada dasarnya meniru adalah proses pembelajaran alami bagi semua makhluk hidup,” kata Subchan Daragana, seorang pakar parenting.

Subchan Daragana menjelaskan bahwa penting bagi setiap orang tua untuk menunjukkan perilaku yang baik di depan anak-anak mereka. Orang tua juga disarankan untuk tidak bertengkar di depan anak. “Kemampuan anak-anak ini luar biasa, oleh karena itu penting bagi orang tua untuk menjadi contoh yang baik, menjadi teladan di depan anak. Hindari pertengkaran di depan mereka, karena itu bisa berbahaya,” ungkap Subchan.

Anak-anak mulai meniru sejak lahir, dimulai dari meniru ekspresi wajah orang tua. Ketika orang tua tersenyum, anak-anak ikut tersenyum. Ketika orang tua menjulurkan lidah, si kecil juga akan melakukan hal yang sama. Begitu juga ketika orang tua tertawa dan berbicara.

Karena anak-anak belajar melalui meniru, tidaklah mengherankan jika anak-anak yang terlahir tuli akan secara otomatis menjadi bisu. Bukan karena ada masalah pada pita suara mereka, tetapi karena bayi yang tuli tidak dapat mendengar kata-kata, sehingga tidak dapat menirunya.

Ketika anak-anak semakin bertambah usia, kecenderungan untuk meniru tetap berlanjut. Apa yang orang tua katakan, sikap yang mereka tunjukkan, tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anak. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar. Gerakan, kata-kata, atau emosi yang orang tua lakukan, semuanya menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak. Hingga usia 18 bulan, anak-anak biasanya masih meniru gerakan.

Barulah pada usia 3 tahun, anak-anak mulai meniru perilaku, sopan santun, dan bahasa orang tua. Jika orang tua adalah orang yang toleran dan selalu berkata sopan kepada setiap orang, maka sangat mungkin anak-anak akan tumbuh menjadi orang yang sama.

Saat ini, anak-anak mungkin belum memahami mengapa orang tua berperilaku baik dan sopan pada orang lain, tetapi mereka tetap akan meniru. Sebaliknya, jika orang tua memiliki pemikiran sempit dan penuh kebencian terhadap orang lain yang berbeda pendapat, maka sikap negatif ini juga akan ditiru oleh anak-anak dan membentuk dasar perlakuan mereka terhadap sesama saat dewasa kelak. ( adm )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *