sekitarBANDUNGcom- Ancaman resesi seks dan menurunnya populasi manusia akibat minimnya angka reproduksi di Jepang membuat pemerintah jepang perlu mengambil langkah serius untuk membuat masyarakatnya kembali tertarik untuk msegera melakukan pernikahan.
Salah satunya dengan mengadakan acara perjodohan terbesar yang diikuti oleh para lajang dari perempuan dan laki-laki khususnya untuk kaum muda dengan usia produktif yang hasrat untuk menikahnya tengah menurun.
Dilansir dari liputan6.com, mengutip situs Mainichi Japan, Minggu (5/1/2023), pemerintah Prefektur Aichi akan menjadi tuan rumah pertemuan perjodohan bagi mereka yang ingin menikah di tengah kekurangan acara pribadi karena pandemi Virus Corona.
400 lajang akan berkumpul di Kota Nagakute, Jepang tengah, bersebelahan dengan Nagoya, pada musim gugur untuk salah satu acara perjodohan berorientasi pernikahan terbesar di negara itu.
Sejak tahun fiskal 2011, prefektur tersebut telah mengelola situs portal tempat orang-orang yang ingin menikah dapat menemukan informasi acara. Karena pandemi, jumlah acara yang diadakan secara pribadi telah menurun seiring dengan pengguna portalnya.
Menurut survei kepada para jomblo atau lajang yang dilakukan oleh prefektur tahun 2018, sekitar 80% orang berniat untuk menikah suatu hari nanti, tetapi sekitar 40% tetap melajang karena mereka belum bertemu dengan pasangan yang berpikiran sama. Mempertimbangkan situasi ini, prefektur memutuskan untuk bertindak.
Acara perjodohan yang mereka gagas dilangsungkan secara gratis, akan diadakan bulan Oktober ini di Nagakute Expo 2005 di Aichi Commemorative Park, ditujukan untuk para lajang berusia 20-an dan 30-an yang tinggal, bekerja atau belajar di Aichi.
Peserta, para jomblo, akan menonton video untuk mempelajari percakapan dan tata krama yang bermanfaat sebelum dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan menemukan belahan jiwa mereka.
Pemerintah Kota Aichi menganggarkan 9,77 juta yen atau sekitar Rp 1,1 miliar untuk acara perjodohan gratis tersebut.
Seorang pejabat prefektur menyatakan bahwa dengan tingkat kelahiran yang menurun, mereka “ingin membantu orang berpikir tentang pernikahan.”
Demi kesuksesan acara tersebut, pemerintah bahkan membuat manajemen acara khusus tersendiri.
“Nihon Konkatsu Shien Kyokai”, atau asosiasi pendukung perjodohan Jepang, telah bekerja sama dengan badan publik untuk menyelenggarakan sejumlah acara semacam itu.
Koki Goto, perwakilan dari organisasi tersebut, mengatakan bahwa karena acara tersebut didanai publik, “Penting juga untuk menjadi kreatif agar orang-orang yang serius menikah merasa diterima untuk bergabung, bukan mereka yang hanya mencari pasangan atau pacar.”
Lain negara lain cerita, di Indonesia justru sebaliknya, angka pernikahan dini malah sedang berada dalam angka yang tinggi. Data yang dirilis BPS pada tahun 2021 menunjukkan ada lebih dari 50.000 kasus pernikahan dini sepanjang tahun 2021, walau angka tersebut sedikit lebih rendah dari tahun 2020 yang mencapai 64.211 kasus pernikahan dini, angka tersebut masih lebih tinggi dari tahun 2019 yang tercatat sebanyak 23.126 kasus.
bagaimana wargi jomblo, tertarik untuk datang ke negeri sakura dan ikut acara pejodohan tersebut?
Redaktur : Wildan Damang