Duka Mendalam! Siswi SMK di KBB Meninggal Diduga Akibat Perundungan 3 Tahun, Keluarga Desak Penyelidikan

sekitarBANDUNGcom, Bandung, 10 Juni 2024 – Media sosial kembali dihebohkan dengan kabar dugaan bullying atau perundungan yang berakhir tragis. Seorang siswi SMK di Kabupaten Bandung

sekitarBANDUNGcom, Bandung, 10 Juni 2024 – Media sosial kembali dihebohkan dengan kabar dugaan bullying atau perundungan yang berakhir tragis. Seorang siswi SMK di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dikabarkan meninggal dunia setelah bertahun-tahun menjadi korban perundungan oleh teman sebayanya. Insiden memilukan ini mencuat ke publik setelah beredar di beberapa akun Instagram, salah satunya @infobdgbaratcimahi, dan kini tengah dalam penanganan lebih lanjut.

Baca juga : Logo MPLS 2025 Resmi dari Kemendikdasmen: Link Unduhan Format PNG & AI

Perjalanan Panjang Perundungan Selama Tiga Tahun

Korban diketahui bernama Nabila Putri Nuraini (18), seorang siswi yang bersekolah di salah satu SMK di wilayah Parongpong, Bandung Barat. Menurut keterangan keluarga, Nabila telah dirundung secara konsisten selama tiga tahun sejak ia memulai sekolah di SMK tersebut. Perundungan ini, menurut ibu korban, bukan berbentuk kekerasan fisik yang kasat mata, melainkan lebih pada perundungan verbal dan psikologis.

“Jadi anak saya almarhum Nabila, di-bully semasa sekolah. Memang bukan bully fisik, tapi lebih ke omongan karena suka dihina, dicaci, memang ada disuruh-suruh juga sama temannya itu,” ujar ibu korban, Siti Aminah, saat ditemui di kediamannya di Kampung Centeng, RT 05/07, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, KBB, pada Senin (10/6/2024). Meskipun mendiang Nabila merupakan warga KBB, ia dimakamkan di pemakaman keluarga di Kota Bandung.

Siti Aminah memberikan beberapa contoh perundungan yang dialami putrinya. Di lingkungan sekolah, Nabila kerap diminta mengerjakan tugas-tugas sekolah oleh teman yang merundungnya. Yang lebih memprihatinkan, Nabila bahkan mengaku sempat diminta menggendong temannya itu ke kamar mandi. Praktik ini menunjukkan adanya dominasi dan penyalahgunaan kekuasaan dari pelaku.

Perundungan terhadap Nabila tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah. Aksi bullying tersebut bahkan berlanjut saat mereka sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan November 2023. “Jadi kebetulan sekelompok sama temannya itu untuk PKL. Kadang lagi istirahat diganggu, diminta masak nasi. Terus disuruh-suruh sama temannya,” kata Siti, menggambarkan bagaimana Nabila tak bisa lepas dari tekanan perundungan bahkan di luar jam sekolah.

ibu korban perudungan yang berujung kematian di KBB  yang sedang memegang bukti chatan anatara anaknya dengan pelaku pembulyian

Keengganan Melapor dan Dampak Kesehatan yang Memburuk

Perundungan yang dialami Nabila, terang Siti, baru terendus setelah teman Nabila lainnya menceritakan kejadian itu padanya. Siti Aminah, sebagai ibu, tentu merasa terkejut dan marah. Ia sempat bertanya langsung kepada Nabila dan berniat melaporkannya ke pihak sekolah. Namun, Nabila justru memintanya untuk tidak membesar-besarkan masalah tersebut.

“Tidak berani bilang ke saya. Jadi awalnya saya tahu masalah itu dari temannya yang lain. Setelah dapat cerita itu saya tanya Nabila dan bilang mau lapor ke sekolahnya, sama almarhum tidak boleh. Nabila bilang enggak usah diributkan, soalnya dia ingin sekolahnya lancar terus enggak ada musuh,” kata Siti, menyoroti ketakutan Nabila akan konflik dan keinginannya untuk lulus tanpa masalah, meskipun harus menanggung beban perundungan.

Siti Aminah sempat berbaik sangka, berharap perundungan yang dilakukan teman anaknya itu tak akan berlangsung lama atau akan berhenti dengan sendirinya. Namun, dugaannya meleset. “Ternyata terus berlanjut, cuma lagi-lagi anak saya enggak cerita. Jadi saya selalu tahu dari temannya. Saya sempat panggil pem-bully anak saya ke rumah, tapi dia mengelak,” tutur Siti, menunjukkan betapa sulitnya orang tua korban untuk mendapatkan pengakuan dari pelaku dan informasi langsung dari anaknya.

Kejadian bullying yang berlangsung terus-menerus selama tiga tahun itu membuat kondisi kesehatan fisik dan mental Nabila terus menurun. Ia kerap mengeluh capek dan selalu ingin segera lulus dari sekolah. “Jadi pernah meluk saya, kalau enggak salah di tanggal 8 Mei, bilang capek tapi bersyukur soalnya mau lulus sekolah. Nah dari situ kondisi kesehatannya terus menurun. Sudah dibawa ke rumah sakit, terus anak saya juga jadi sering murung sama suka marah,” ujar Siti dengan nada pilu.

Puncak dari penderitaan Nabila adalah ketika hasil pemeriksaan kesehatan dokter menyebutkan bahwa ia diduga mengalami depresi karena tindakan perundungan teman-temannya. Kondisi ini membuat keluarga menyebut Nabila mesti dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk penanganan lebih lanjut. “Keluarga sudah bawa Nabila ke mana-mana, tapi enggak membaik. Kondisinya nge-drop terus, sampai akhirnya meninggal 30 Mei 2024 kemarin,” kata Siti, menutup cerita pilu tentang putrinya.

 

Seruan Anti-Bullying: Tanggung Jawab Bersama

Kematian Nabila Putri Nuraini adalah pengingat yang sangat menyakitkan akan dampak devastasi dari perundungan, bahkan yang tidak bersifat fisik. Bullying verbal dan psikologis dapat menyebabkan trauma mendalam, depresi, dan memengaruhi kesehatan fisik seseorang hingga ke titik yang paling fatal.

Kasus ini harus mendorong semua pihak—sekolah, orang tua, siswa, dan masyarakat—untuk lebih serius dalam mencegah dan menanggulangi perundungan. Sekolah harus memiliki mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia bagi korban, serta protokol penanganan yang tegas terhadap pelaku. Orang tua perlu membangun komunikasi terbuka dengan anak agar mereka berani bercerita. Dan setiap individu harus berani menjadi pembela bagi korban, bukan penonton. Semoga kasus Nabila menjadi yang terakhir dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan ramah bagi setiap anak.

Baca juga : Panduan Daftar Ulang Sekolah Bandung 2025, Jangan Terlewat!

Sumber Artikel: detikcom

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar