sekitarbandung.com – Di tengah kabar pengetatan fiskal dari pusat, Pemerintah Kota Bandung memastikan pelayanan dasar untuk masyarakat tak akan terganggu. Efisiensi anggaran Bandung bukan berarti memangkas kebutuhan publik, melainkan menata ulang prioritas agar setiap rupiah lebih berdampak.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut koordinasi dengan Kementerian Keuangan terus dilakukan untuk menyesuaikan arah kebijakan fiskal nasional.
“Setiap hari kami berkomunikasi agar keputusan daerah sejalan dengan kebijakan pusat. Tujuannya jelas: efisiensi tanpa mengorbankan warga,” ujarnya di Balai Kota Bandung, Rabu (22/10/2025).
Pemangkasan Anggaran Rutin, Layanan Publik Aman
Farhan menjelaskan, pemangkasan tidak dilakukan sembarangan. Pos anggaran seperti perjalanan dinas dan konsumsi rutin menjadi sasaran utama penghematan.
“Yang kami kurangi adalah pos yang tidak berdampak langsung pada masyarakat,” tegasnya.
Sebaliknya, program wajib seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar tetap diprioritaskan. Pemkot juga memastikan program Universal Health Coverage (UHC) tetap berjalan penuh, menjamin warga Bandung bisa berobat gratis di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan pemerintah.
Baca Juga: Bapenda Kota Bandung Dorong Inovasi Pajak Daerah untuk Tingkatkan PAD
Pendapatan Daerah Digenjot Lewat Pajak yang Adil
Selain efisiensi, Pemkot Bandung berupaya memperkuat sumber pendapatan. Salah satunya lewat optimalisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Namun, Farhan menekankan kenaikan pajak harus realistis dan tidak membebani masyarakat.
“Kami paham nilai tanah naik, tapi penyesuaian pajak harus bijak. Prinsipnya, adil dan bisa diterima semua pihak,” katanya.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi penataan fiskal agar keuangan daerah tetap sehat tanpa mengganggu aktivitas ekonomi warga.
Wisata Bandung Terus Menggeliat di Tengah Efisiensi
Menariknya, efisiensi anggaran tidak menahan laju pertumbuhan sektor wisata. Data terakhir menunjukkan tingkat okupansi hotel berbintang mencapai 90% pada setiap event besar seperti Festival Asia Afrika dan Pasar Seni ITB.
“Dalam tiga minggu, perputaran uang di Bandung tembus puluhan miliar rupiah,” ungkap Farhan dengan nada optimis.
Namun, ia mencatat adanya pergeseran perilaku wisatawan — dari pusat perbelanjaan modern ke sektor informal seperti kuliner kaki lima dan UMKM kreatif. “Ini menarik, karena menunjukkan ekonomi warga ikut hidup,” tambahnya.
Agenda Kota dan Strategi Menjaga Momentum
Menjelang akhir tahun, Pemkot Bandung menyiapkan agenda pariwisata besar untuk menjaga momentum ekonomi. Salah satunya Pawai Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) yang akan digelar pada 25 Oktober 2025 dari Balai Kota menuju Tegallega.
Pawai bertema cahaya ini akan melibatkan puluhan kendaraan hias dari berbagai komunitas, OPD, dan BUMD. Namun peserta luar kota dibatasi untuk menjaga lalu lintas tetap lancar.
Selain hiburan, agenda ini juga diharapkan menjadi pemicu perputaran ekonomi lokal, terutama bagi pelaku usaha kecil di sektor makanan, suvenir, dan jasa.
Menatap 2026: Efisiensi yang Produktif
Farhan menegaskan bahwa efisiensi bukan soal pemotongan, tapi soal produktivitas yang lebih tinggi dengan sumber daya terbatas.
“Kalau uangnya sedikit, bukan berarti berhenti. Kita harus pintar mengelola agar hasilnya tetap terasa,” ujarnya.
Ia juga meminta masyarakat ikut menjaga semangat positif, terutama pelaku usaha wisata dan UMKM. “Bandung itu kuat karena warganya kreatif. Pemerintah hanya memfasilitasi,” tambahnya.
Sebagai rujukan kebijakan fiskal daerah, warga dapat mengikuti panduan resmi melalui situs Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang menjadi acuan kebijakan nasional.
Jika ingin update tentang hal di sekitar bandung, selalu kunjungi website sekitarbandung.com
