Pameran Mayameru NuArt Bandung 2025: Susur Suara-Rupa Mandala yang Memikat Publik

sekitarbandung.com – NuArt Sculpture Park, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, kembali menghadirkan pengalaman seni yang berbeda melalui Pameran Mayameru NuArt Bandung 2025: Susur Suara-Rupa Mandala,

Aracely Azwa

Pameran Mayameru NuArt Bandung 2025

sekitarbandung.com – NuArt Sculpture Park, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, kembali menghadirkan pengalaman seni yang berbeda melalui Pameran Mayameru NuArt Bandung 2025: Susur Suara-Rupa Mandala, Sabtu (13/9/2025). Pameran ini menampilkan karya seni lintas media yang lahir dari ekspedisi menyusuri gunung-gunung berapi di Jawa dan Bali, menawarkan perspektif baru atas budaya dan lanskap Nusantara.

Eksplorasi Gunung Berapi Jadi Sumber Inspirasi Karya Seni

Ekspedisi yang berlangsung 19 Juni–25 Juli 2025 mencakup gunung-gunung berapi utama, seperti Tangkuban Parahu, Gunung Padang, Slamet, Merapi, Lawu, Bromo, hingga Gunung Agung di Bali. Para seniman, peneliti, dan penggiat budaya menelusuri tradisi, mitos, dan fenomena sosial di sekitar gunung, lalu mengubahnya menjadi karya seni yang kaya makna.

Kurator Bob Edrian menjelaskan, “Karya-karya ini bukan sekadar visual, tetapi representasi riset dan interpretasi budaya masyarakat di sekitar gunung berapi. Ada ritual, cerita rakyat, dan pengalaman lapangan yang kami sajikan dalam bentuk instalasi, pemutaran film, dan arsip digital.”

Baca Juga: Mensos Pastikan Bantuan Korban Banjir Bali Sudah Disalurkan Tepat Sasaran

Seniman dan Karya Unggulan

Terdapat enam seniman yang terlibat, antara lain Kolektif Gegerboyo, Monica Hapsari, Restu Taufik Akbar, Lintang Radittya, Marten Bayuaji, dan Rully Shabara. Beberapa karya menonjol meliputi:

  • Kolaborasi Restu Taufik Akbar & Lintang Radittya: Instalasi baja nirkarat cermin dan suara mengekspresikan imajinasi gunung berapi sebagai penyangga bumi Nusantara.

  • Marten Bayuaji: Karya Ritus Api memvisualisasikan tradisi jathilan Buto sebagai proyeksi erupsi gunung berapi.

  • Kolektif Gegerboyo & Monica Hapsari: Karya Kidung Pralaya, narasi tujuh babak tentang siklus akhir zaman melalui mitos dan fakta ilmiah.

  • Rully Shabara: Membaca naskah Kitab Hitam, mengkaji ulang ajaran tradisi Wusa dan budaya pasca-Khawagaka.

Bob Edrian menambahkan, “Gunung berapi menjadi simbol purwarupa. Karya seni tidak harus selesai sempurna, tapi tetap on progress, berbasis riset, dan menghadirkan perspektif baru.”

Respons Pengunjung

Pengunjung, seperti Lukman Hakim dari Goethe Institut Bandung, mengapresiasi pameran berbasis riset ini. Ia mengatakan, “Pameran ini membuka kesadaran tentang interaksi manusia dan gunung berapi, serta kekayaan budaya yang kerap terabaikan.”

Rangkaian Acara Hingga 28 September

Pameran Mayameru NuArt Bandung 2025 berlangsung hingga 28 September, mencakup instalasi seni, diskusi, pemutaran film, dan peluncuran arsip digital. Acara ini diharapkan menjadi sarana refleksi sekaligus edukasi budaya bagi masyarakat, sekaligus mendukung pertumbuhan ekosistem seni lokal.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi NuArt Sculpture Park

Jika ingin update tentang hal di sekitar Bandung, selalu kunjungi website sekitarbandung.com

Related Post

Tinggalkan komentar