Pengakuan Mengejutkan! 3 Fakta di Balik Nafsu Bejat Paman yang Tega Habisi 1 Keponakannya Sendiri.

  sekitarbandungcom – Hari itu, 18 Desember 2022, sebuah rumah kontrakan sederhana di Kota Cimahi menjadi saksi bisu dari sebuah tragedi yang merobek logika dan

Redaksi Sekitar Bandung

 

sekitarbandungcom – Hari itu, 18 Desember 2022, sebuah rumah kontrakan sederhana di Kota Cimahi menjadi saksi bisu dari sebuah tragedi yang merobek logika dan nurani. Seorang wanita muda berusia 26 tahun ditemukan tak bernyawa dalam kondisi yang mengenaskan. Laporan awal yang diterima polisi mengarah pada dugaan bunuh diri. Namun, kejelian para penyidik dari Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Cimahi berhasil mengendus adanya kejanggalan.

Dalam waktu singkat, skenario palsu tersebut runtuh. Polisi menetapkan satu tersangka utama yang tak lain adalah pamannya sendiri, orang yang seharusnya menjadi pelindung. Di balik penangkapan tersebut, terkuaklah sebuah pengakuan mengejutkan yang melatarbelakangi aksi pembunuhan sadis tersebut. Ini bukanlah perampokan atau perselisihan biasa. Ini adalah kisah tentang nafsu bejat, penolakan, dan kepanikan yang berujung pada hilangnya satu nyawa secara brutal.

Berikut adalah tiga fakta kelam yang terungkap dari pengakuan sang paman, yang membongkar lapisan-lapisan kekejian di balik perbuatannya.

Baca juga – Pelaku Pembunuhan di Perkebunan Teh Malabar Diringkus Polisi

 

1. Fakta Pertama: Penolakan Hubungan Badan sebagai Pemicu Amarah Brutal

 

Fakta paling fundamental yang menjadi titik awal dari seluruh tragedi ini adalah motif pelaku. Berdasarkan pengakuan tersangka kepada penyidik, semua bermula dari ajakannya kepada sang keponakan untuk melakukan hubungan badan layaknya suami istri. Ajakan bejat tersebut ditolak mentah-mentah oleh korban, yang secara naluriah berusaha mempertahankan kehormatannya.

Penolakan tersebut ternyata menyulut amarah yang tak terkendali dalam diri pelaku. Rasa malu, ego yang terluka, dan hasrat yang tidak tersalurkan bercampur menjadi satu, mengubahnya dari seorang kerabat menjadi predator yang gelap mata. Aksi kekerasan yang terjadi sesudahnya bukanlah sebuah tindakan acak, melainkan ledakan amarah yang dipicu oleh penolakan.

Seorang psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel, dalam berbagai analisisnya sering menjelaskan bagaimana penolakan dapat menjadi pemicu kekerasan bagi individu dengan kontrol impuls yang rendah. “Bagi individu dengan kecenderungan narsistik atau psikopatik, penolakan tidak dilihat sebagai hak orang lain, tetapi sebagai serangan personal terhadap harga diri mereka. Penolakan dapat memicu apa yang disebut ‘luka narsistik’ (narcissistic injury), yang dapat meledak menjadi amarah dan agresi yang ekstrem untuk memulihkan rasa kuasa,” jelasnya.

 

2. Fakta Kedua: Kepanikan Memicu Eskalasi Kekerasan hingga Pembunuhan

 

Setelah penolakan tersebut, korban yang merasa terancam berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan diri. Ia berlari menuju kamar mandi, sebuah ruang sempit yang diharapkannya bisa menjadi benteng terakhir. Namun, tersangka yang sudah dikuasai amarah terus mengejarnya. Di sinilah terungkap fakta kedua: pembunuhan tersebut kemungkinan besar merupakan eskalasi dari aksi kekerasan yang dipicu oleh kepanikan pelaku.

Kapolres Cimahi saat itu, AKBP Imron Ermawan, memaparkan kronologi mencekam yang diakui oleh tersangka. “Setelah berada di kamar mandi, korban kehabisan tenaga dan tersangka berhasil mendobrak. Di situ pelaku memukul wajah korban sehingga ada luka memar di wajahnya,” ujar AKBP Imron Ermawan dalam konferensi pers pada 19 Desember 2022.

Teriakan atau perlawanan dari korban kemungkinan besar membuat pelaku panik. Dalam kondisi tersebut, tujuannya berubah dari sekadar melampiaskan nafsu menjadi upaya untuk membungkam saksi. Pukulan-pukulan yang dilayangkan adalah upaya brutal untuk menghentikan perlawanan, yang sayangnya berlanjut hingga korban kehilangan nyawa.

 

3. Fakta Ketiga: Skenario Bunuh Diri, Kalkulasi Dingin Setelah Membunuh

 

Fakta ketiga adalah yang paling menunjukkan watak dingin dari pelaku. Setelah keponakannya meninggal dunia, amarahnya yang meledak-ledak seketika berganti menjadi kalkulasi rasional untuk menutupi jejak kejahatannya. Tersangka mengaku sempat meninggalkan rumah kontrakan korban untuk sesaat, lalu kembali lagi dengan sebuah alibi. Ia bahkan sempat memberikan keterangan palsu kepada saksi, berpura-pura menjadi orang pertama yang menemukan korban dalam keadaan tak bernyawa.

Untuk menyempurnakan skenarionya, ia mengambil sebilah pisau dari dapur dan mulai menyayat-nyayat tubuh korban yang sudah tak bernyawa di bagian leher dan pergelangan tangan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesan seolah-olah korban tewas akibat bunuh diri.

Namun, rekayasa tersebut terlalu ceroboh bagi mata penyidik yang terlatih. Tim forensik dan penyidik dengan mudah menemukan berbagai kejanggalan.

Seorang ahli forensik, Dr. Hastry, dalam bukunya sering menjelaskan bagaimana membedakan luka bunuh diri dan pembunuhan. “Luka sayatan bunuh diri biasanya memiliki ciri khas, seperti adanya ‘luka percobaan’ yang dangkal di sekitarnya. Sebaliknya, luka pada korban pembunuhan yang direkayasa seringkali lebih dalam, tegas, dan tidak menunjukkan keraguan. Selain itu, tidak adanya defensive wounds (luka tangkisan) pada korban yang diduga bunuh diri juga menjadi tanda tanya besar,” paparnya.

Berkat kejelian polisi dalam membaca tanda-tanda tersebut dan bukti-bukti lain seperti pakaian korban yang berlumuran darah, alibi pelaku berhasil dipatahkan. Ia pun tak bisa lagi mengelak.

 

Ganjaran Setimpal

Atas perbuatannya yang terencana dan sadis, tersangka dijerat dengan pasal berlapis, yaitu Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan/atau Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Kasus tragis di Cimahi ini menjadi pengingat pahit bahwa bahaya terkadang datang dari orang terdekat yang seharusnya melindungi. Pengakuan mengejutkan dari sang paman membongkar sebuah realita kelam tentang bagaimana nafsu bejat, ego yang terluka, dan kepanikan bisa berujung pada hilangnya nyawa manusia secara sia-sia.

Masih ada pembunuhan lain, baca di – Pelaku Dugaan Pembunuhan Di Bekasi Bunuh Diri Setelah Membunuh Dan Mengubur Dua Korban Dengan Cara Dicor

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar