Di Mana Keadilan? 12 Tragedi HAM Berat Tak Masuk Sejarah Resmi Indonesia

sekitarbandung.com – Kementerian Budaya sudah merilis versi awal Rancangan Konsep Kerangka Penulisan Sejarah Indonesia pada tanggal 16 Januari 2025, yang merupakan hasil revisi sejarah nasional. Menurut Menteri Budaya Fadli Zon, penyusunan kembali sejarah ini mencakup periode mulai kebangkitan masyarakat Nusantara sampai dengan masa setelah reformasi.

Akan tetapi, beberapa peristiwa berkesan dari sejarah bangsa yang termasuk ke dalam kategori tersebut adalah sebagai berikut: tragedi HAM berat Tidak termasuk dalam rancangan perubahan itu sesuai dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, meskipun sudah disetujui selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Sekarang sebelumnya, mantan Presiden Joko Widodo sudah mengakui ada 12 kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia yang terjadi pada tanggal 11 Januari 2023. Keputusan ini dibuat setelah pihak pemerintahan menerima saran dari tim non-yuridis khusus untuk menuntaskan masalah pelanggaran HAM serius tersebut.

“Memiliki pemikiran yang jelas dan niat yang ikhlas, saya selaku Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa telah terjadi pelanggaran hak azazi manusia yang serius dalam beberapa kejadian,” katanya. Jokowi Di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada hari Rabu, tanggal 11 Januari 2023.

Baca juga: Jokowi Lantik Sejumlah Menteri dan Wakil Menteri baru Dihari Ini

Berikut adalah 12 insiden pelanggaran HAM tersebut.

1. Peristiwa 1965-1966

Kelompok masyarakat yang disalahkan sebagai anggota Komunis selama kejadian tahun 1965-1966 mengalami banyak pelanggaran hak asasi manusia seperti ditahan secara ilegal, di siksa, diperkosa, dibuat bekerja dengan paksa, dibunuh, dan bahkan ada pula yang hilang tanpa jejak setelah diduga terlibat dengan grup Komunis. Berdasarkan beberapa studi, jumlah total korban pada periode itu melampaui antara 1,5 sampai 3 juta jiwa.

2. Peristiwa Penembakan Misterius 1982-1985

Sejak tahun 1982 sampai 1985, serangan misterius bernama Petrus menyebabkan sejumlah besar individu yang disinyalir sebagai gelandangan dibunuh tanpa alasan yang jelas oleh petugas berwenang. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya rezim Orde Baru guna memerangi dan memberantas kelompok-kelompok yang dinilai tidak tunduk pada aturan.

3. Peristiwa Talangsari, Lampung 1989

Insiden Talangsari yang terjadi di Lampung tahun 1989 mengakibatkan kematian sebanyak 130 jiwa. Di samping itu, juga dilakukan pembakaran 109 buah rumah serta pelaksanaan tindakan kekerasan lainnya oleh pihak berwenang kepada warga biasa.

4. Insiden di Rumoh Geudong dan Pos Sattis, Aceh 1989

Pada periode kekerasan antara tahun 1989 hingga 1998, anggota ABRI menangani warga Aceh dengan keras melalui tindakan penyiksaan di lokasi seperti Rumah Geudong dan Pos Sattis. Kejadian ini tercatat selama wilayah Aceh dilabeli sebagai Daerah Operasi Militer (DOM), yaitu dari tahun 1989 sampai 1998.

5. Kejadian penahanan paksa tanpa hak 1997-1998

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan melaporkan bahwa ada 14 individu yang mengalami hilangnya keberadaan mereka secara paksa selama tahun 1997 hingga 1998. Beberapa di antara para korban ini termasuk Yani Afrie, Sony, Herman Hendrawan, Dedi Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus Bima Anugerah, Wiji Thukul, Ucok Munandar Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, serta Abdun Naser.

Baca juga : Jokowi Gaungkan “Semangat Bandung” Saat KTT di Afrika Selatan

6. Peristiwa Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Mei 1998 Merupakan sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan dengan korban mencapai 1.190 orang pada tanggal 13 sampai 15 Mei 1998. Diantara para korban ada 85 wanita, utamanya dari etnis Tionghoa, yang mengalami pelecehan seksual secara bersama-sama. Selain itu, juga ribuan bangunan rusak parah akibat pembakaran dan pengrusakan.

7. Tragedi Trisakti serta Peristiwa Semanggi I-II tahun 1998-1999

Pihak berwenang melancarkan tindakan keras dengan menembaki empat mahasiswa dari Universitas Trisakti, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, serta Hendriawan Sie pada tahun 1998; peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Trisakti. Di samping itu, pihak berwenang juga mengerahkan kekuatan terhadap para pelajar yang memprotes sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atas dasarnya dianggap tidak sesuai konstitusi sehingga menyebabkan 18 jiwa merenggut nyawa antara tanggal 8 sampai 14 November 1998.

8. Peristiwa Penghilangan Nyawa dukun santet pada tahun 1998-1999

Insiden penghilangan kehidupan dukun santet adalah peristiwa penumpasan terhadap sejumlah besar individu yang dituduh sebagai praktisi sihir tradisional di wilayah Banyuwangi. Serangkaian tindakan keras ini terjadi antara bulan Februari dan September tahun 1998.

9. Insiden Persimpangan KKA, Aceh 1999

Pada tanggal 3 Mei 1999, terjadi insiden bernama Konflik Tragedi Simpang KKA (dikenal juga sebagai Incidents Dewantara atau Tragedi Krueng Geukueh) di wilayah Aceh. Awal mula tragedi ini adalah tindakan kekerasan oleh pasukan militer TNI.

10. Peristiwa Wasior, Papua 2001-2002

Pada tanggal 13 Juni 2001, aparat Kepolisian Brigif Mobile diduga menyerbu penduduk desa sipil di Wondiboy, Wasior, Manokwari, Papua. Insiden ini berawal ketika lima orang anggota Brimob dan seorang warga biasa tewas di kantor PT Vatika Papuana Perkasa, dikarenakan serangan oleh kelompok dituding sebagai Tentera Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka.

11. Peristiwa Wamena, Papua 2003

Tragedi Ham berat di Wamena, Papua tahun 2003 menyebabkan kematian sekitar 33 orang, cedera 53 lainnya, serta kerusakan parah pada lebih dari 530 properti warga setempat. Selain itu, ada juga kehancuran 238 Kendaraan dan 17 Bangunan Pemerintahan.

12. Peristiwa Jambo Keupok di Aceh pada tahun 2003

Peristiwa Jambo Keupok di Aceh tahun 2003 dimulai saat desa tersebut, yang dicurigai sebagai markas GerakanAcehMerdeka, menderita tindakan kekerasan oleh personel Tentara Nasional Indonesia Pasukan Komando bersama satuan gabungan intelijen. Aksi ini meliputi penculikan warga tanpa proses hukum, penyiksaan, serta rampasan properti. Lebih dari seratus tentara membawa senjata api jenis laras panjang dan bahkan beberapa mesingun pada tanggal 17 Mei 2003, menyebabkan setidaknya enam belas orang warga tidak berdosa meninggal dunia.

Jika ingin update tentang hal di sekitar Bandung, selalu kunjungi website sekitarbandung.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *