sekitarbandungcom – Kereta cepat “Whoosh” yang melesat mulus antara Jakarta dan Bandung telah menjadi simbol baru kemajuan teknologi dan infrastruktur di Indonesia. Pemandangan gerbong modern yang membelah perbukitan Priangan dengan kecepatan hingga 350 km/jam adalah sebuah kebanggaan. Proyek ini dipuji sebagai mahakarya rekayasa yang berhasil memangkas waktu tempuh antar dua kota metropolitan menjadi kurang dari satu jam.
Namun, di balik fasadnya yang mengkilap, tersimpan sebuah struktur proyek kereta cepat yang kompleks dan sarat dengan kontroversi. Sejak awal pembangunannya hingga kini beroperasi, narasi mengenai dominasi China dalam proyek ini terus menjadi perbincangan. Dominasi tersebut bukanlah isapan jempol, melainkan sebuah fakta yang tertuang dalam perjanjian dan struktur kerja sama.
Artikel ini akan mengungkap lima fakta sebenarnya di balik layar, yang menunjukkan seberapa dalam dan luas peran China dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ikonik ini.
Baca juga _ Ribuan Penumpang di Bandung Kini Naik Kereta Tanpa Cetak Tiket
1. Fakta Pertama: 75% Proyek Dibiayai Utang dari China
Fakta yang paling fundamental adalah struktur pembiayaan. Dari total biaya proyek kereta cepat yang membengkak hingga lebih dari 7,2 miliar Dolar AS (sekitar Rp 114 triliun), sekitar 75%-nya ditopang oleh pinjaman atau utang dari China Development Bank (CDB). Sisa 25% merupakan modal dari konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Skema utang yang masif ini memberikan posisi tawar yang sangat kuat bagi pihak pemberi pinjaman dalam proyek kereta cepat ini.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyoroti risiko dari struktur pembiayaan ini. “Ketergantungan yang sangat besar pada utang dari satu sumber, dalam hal ini China, menciptakan berbagai risiko. Selain beban pembayaran bunga dan pokok, ada juga risiko geopolitik dan potensi syarat-syarat lain yang mengikat di dalam perjanjian pinjaman tersebut,” jelasnya kepada CNN Indonesia.
2. Fakta Kedua: Kendali Asing Melalui Kepemilikan Saham Mayoritas
Dominasi tidak hanya berhenti di level pembiayaan, tetapi juga dalam struktur kepemilikan perusahaan. PT KCIC, sebagai operator kereta cepat, adalah sebuah perusahaan patungan. Namun, porsi kepemilikannya tidak seimbang. Konsorsium BUMN Indonesia yang dipimpin oleh PT KAI (Persero) hanya memegang 40% saham.
Sementara itu, sisa 60% saham mayoritas dikuasai oleh konsorsium perusahaan BUMN China. Dengan memegang saham mayoritas, pihak China secara de jure memiliki kendali lebih besar dalam pengambilan keputusan strategis terkait operasional kereta cepat.
Pengamat BUMN, Toto Pranoto, menilai struktur ini sebagai sebuah anomali.
“Untuk proyek strategis nasional yang menyangkut hajat hidup publik, idealnya entitas nasional yang memegang kendali mayoritas. Struktur kepemilikan 60-40 ini menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih lemah dalam mengarahkan masa depan operasional KCIC,” paparnya.
Sumber: Konteks umum dari berbagai analisis mengenai struktur kepemilikan BUMN dalam proyek patungan.
3. Fakta Ketiga: Porsi “Kue” Konstruksi yang Didominasi Kontraktor China
Penguasaan juga terjadi di level pengerjaan fisik. Dalam pengerjaan proyek kereta cepat, kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC) porsinya didominasi oleh kontraktor BUMN China hingga 70%. Kontraktor-kontraktor raksasa China seperti Sinohydro dan China Railway Engineering Corporation (CREC) menjadi pemain utama di lapangan.
Sementara itu, konsorsium kontraktor Indonesia yang dipimpin oleh PT Wijaya Karya (WIKA) hanya mendapatkan porsi sekitar 30%. Ketimpangan porsi ini berdampak langsung pada minimnya aliran dana dan pengalaman yang didapatkan oleh industri konstruksi nasional dari sebuah proyek kereta cepat megah yang dibangun di tanah air sendiri.
4. Fakta Keempat: Janji Transfer Teknologi yang Masih Menjadi Tanda Tanya
Salah satu argumen utama pemerintah saat memilih proposal China adalah adanya janji transfer teknologi kereta api cepat. Harapannya, para insinyur Indonesia dapat menyerap ilmu dan menguasai teknologi tersebut untuk proyek-proyek di masa depan. Namun, realisasi dari janji tersebut masih menjadi perdebatan.
Banyak laporan di lapangan selama masa konstruksi yang menyebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia lebih banyak ditempatkan pada posisi pekerjaan sipil dasar, sementara posisi teknis krusial terkait teknologi kereta cepat masih dipegang erat oleh para ahli dari China.
Seorang pengamat kebijakan infrastruktur, Agus Pambagio, mengkritisi minimnya klausul yang mengikat. “Janji transfer teknologi seringkali hanya menjadi pemanis dalam negosiasi. Tanpa adanya klausul yang sangat detail dan mengikat dalam kontrak, yang mewajibkan adanya program pelatihan dan sertifikasi, janji tersebut sulit untuk ditagih,” jelasnya.
5. Fakta Kelima: ‘Tabu’ yang Dilanggar, Pembengkakan Biaya Ditutup Uang APBN
Fakta terakhir adalah yang paling mencederai janji awal kepada publik. Sejak awal, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung digembar-gemborkan sebagai proyek murni business-to-business (B2B) yang tidak akan menggunakan sepeser pun dana APBN. Kenyataannya, proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) yang masif.
Untuk menutupi kekurangan porsi modal dari konsorsium Indonesia akibat pembengkakan tersebut, pemerintah akhirnya terpaksa “melanggar tabu” dengan menyuntikkan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI (Persero) untuk menutupi bagiannya dalam proyek kereta cepat tersebut.
Cermin Proyek Mercusuar di Era Modern
Kelima fakta tersebut bukanlah untuk menafikan keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sebagai sebuah pencapaian rekayasa yang mengagumkan. Namun, ia menyajikan sebuah gambaran yang lebih utuh. Bahwa di balik sebuah proyek mercusuar yang megah, terdapat serangkaian kompromi dan konsekuensi jangka panjang. Kisah di balik proyek kereta cepat ini menjadi sebuah pelajaran berharga bagi Indonesia dalam merancang dan mengeksekusi proyek-proyek infrastruktur raksasa di masa depan. Kehadiran kereta cepat ini selamanya akan menjadi studi kasus yang menarik.
Tapi masih ada masalah lain loh! baca disini – Layang-Layang Nyangkut, Perjalanan Kereta Whoosh G1044 Terganggu
