sekitarBANDUNGcom – Pacaran merupakan bentuk relasi antar individu yang melibatkan keterikatan emosional dan serangkaian aktivitas bersama. Namun, tidak semua hubungan pacaran berjalan dengan baik. Terdapat kasus kekerasan dalam pacaran yang semakin banyak dilaporkan melalui penelitian dan media.
Kekerasan dalam pacaran yang toxic dapat terjadi secara fisik maupun verbal, dan dapat menyebabkan luka baik secara fisik maupun mental. Kasus kekerasan dalam pacaran mencakup berbagai alasan, seperti ketidakpuasan dalam hubungan, pelanggaran aturan pasangan, dan rasa cemburu yang berlebihan.
Dalam konteks kekerasan dalam pacaran, cinta masih dapat hadir. Pasangan yang mengalami kekerasan seringkali masih memiliki perasaan cinta yang kuat satu sama lain. Ketertarikan fisik, persamaan dan perbedaan, serta keterbukaan emosional menjadi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan hubungan meskipun adanya kekerasan.
Dalam menjelaskan dinamika cinta dalam hubungan pacaran, Teori Segitiga Cinta Sternberg menyatakan bahwa cinta terdiri dari tiga komponen: keintiman, gairah, dan komitmen. Kombinasi ketiga komponen ini menghasilkan berbagai jenis cinta, mulai dari cinta romantis hingga cinta sempurna yang melibatkan semua komponen.
Namun, terdapat perbedaan dalam tingkat komponen cinta pada hubungan pacaran yang mengalami kekerasan. Penelitian menunjukkan bahwa jenis cinta yang dominan dalam hubungan pacaran yang disertai kekerasan adalah cinta romantis dan cinta konyol.
Kekerasan dalam pacaran merupakan bentuk agresi yang dilakukan untuk mempertahankan kontrol dan kekuatan atas pasangan. Agresi tersebut dapat bersifat fisik, seksual, atau psikologis. Konflik yang sering muncul dalam hubungan pacaran menjadi pemicu terjadinya kekerasan.
Konflik dalam hubungan pacaran dapat berasal dari berbagai sumber, seperti kesalahpahaman, prasangka negatif, tekanan lingkungan, perbedaan pendapat, agresi verbal, dan perasaan sensitif. Jika konflik tidak diselesaikan dengan baik, agresi dapat berkembang menjadi kekerasan dalam pacaran.
Penanganan konflik dalam hubungan pacaran menjadi penting untuk mencegah terjadinya kekerasan. Pendekatan persuasi, musyawarah, dan peran mediator dapat digunakan untuk mencapai resolusi konflik. Pendekatan agresif, meskipun dapat memberikan hasil yang singkat, memiliki konsekuensi yang kurang manusiawi.
Resolusi konflik dalam hubungan pacaran menjadi kunci untuk mencegah kekerasan dan menjaga kesehatan mental individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Dalam upaya mencapai hubungan yang sehat, penting untuk memahami dinamika cinta, kekerasan, dan konflik dalam konteks pacaran.