sekitarbandung.com – Rantai yang berkepanjangan ini. Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan para pemain Timnas Indonesia dengan jam tangan Rolex sangat mewah mendapat perhatian publik.
Hal itu terjadi lantaran bantuan diberikan saat pemerintah sering kali menekankan penghematan anggaran.
Dan yang semakin menyedihkan lagi adalah adanya indikasi ketidakequfektifan terhadap para atlet yang dilancarkan oleh pemerintah.
Tentu saja hal ini menjadi topik panas dan tetap sebagai bahan diskusi yang serius. Terlebih untuk para atlit lainnya yang telah meraih prestasi tapi belum menerima pengakuan sebagaimana yang mereka harapkan.
Inilah sebabnya memberi jam tangan Rolex menjadi hal serius. Hal ini menimbulkan banyak kontroversi dan pertanyaan dari para atlet terkait dengan keputusan pemerintah yang kurang disukai tersebut.
Ya, pemberian hadiah istimewa berupa jam tangan mewah Rolex oleh Presiden RI Prabowo Subianto kepada para pemain Timnas Indonesia setelah sukses mencapai babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, menarik perdebatan antara dukungan dan kritik dari publik serta atlit itu sendiri.
Hadiah Rolex untuk Tim Nasional
Untuk para penggemar hadiah tersebut, memberikan jam tangan Rolex merupakan cara untuk menghargai dengan layak prestasi yang telah dicapai oleh para atlet tim nasional.
Inilah kali perdana Indonesia mampu mencapai tahap playoff dalam kualifikasi Piala Dunia, suatu prestasi yang patut untuk diberi penghargaan.
Bagi mereka yang menentang, hadiah besar itu malah menyulut rasa ketidakadilan karena pemerintah dianggap kurang konsistensi dalam menghargai semua atlet unggulan dari berbagai cabang olahraga (cabor) lain di negeri ini.
Baca juga : Hadapi Jepang, Timnas Indonesia Siap Tutup Babak Ketiga dengan Hasil Positif
Kritikan Tajam dari Lindswell Kwok
Satu dari mereka yang paling berani mengemukakan kritikan itu ialah seorang bekas pemain wushu serta penerima Satyalancana Dharma Olahraga, suatu anugerah terkemuka dalam bidang sukan di Indonesia.
Lindswell Kwok, julukan “Ratu Wushu” Indonesia. Lewat akun Instagramnya sendiri, Lindswell mengkritik kurangnya perhatian pemerintah terhadap para atlet dalam disiplin olahraga lainnya.
Tentu saja bangga melihat pencapaian sesama atlet. Namun, apakah pemerintah telah bersikap adil dalam mendukung para atletnya berdasarkan cabang olahraga yang mereka geluti? Demikian tertulis oleh Lindswell pada hari Sabtu, 7 Juni 2025.
Lindswell berpendapat bahwa pencapaian haruslah menjadi standar utama untuk memperoleh dukungan dan pengakuan dari pihak berwenang.
Dia menggarisbawahi bahwa kritik tersebut tidak bertujuan untuk menyasar atlet-atlit Timnas, tetapi lebih kepada penekanan tentang tugas pemerintah yang dianggapnya masih kurang adil dalam membantu seluruh jenis olahraga.
Pengembalian Atlet Muda Wushu Melalui Platform Zoom
Lindswell pun menyinggung tentang kesulitan yang dialami oleh para pemain wushu muda karena adanya keputusan pengurangan dana dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Para atlet muda itu dikirim pulang tanpa pemberitahuan lewat platform Zoom usai menyelesaikan program latihan nasional mereka dan terpaksa meninggalkan pendidikannya untuk fokus membanggakan nama negara.
Mereka menyerahkan pendidikan mereka demi berfokus pada pelatihan nasional, namun tiba-tiba saja dinyatakan pulang. Lagi-lagi, mereka dipanggil, terkumpul bersama, dan kemudian dilepaskan tanpa alasan yang sesuai,” jelas Lindswell.
Pemulangan para atlet wushu muda itu terjadi dengan sangat tiba-tiba dan kurangnya komunikasi yang memadai, termasuk notifikasinya yang dilakukan melalui platform pertemuan Zoom saja.
Ini menyebabkan Lindswell meragukan pendekatan pemerintah yang menempatkan fokus utama pada pengelolaan anggaran secara efisien sebelum memikirkan kesejahteraan serta persiapan para atlet.
“Bukan karena setingkat dengan kita mendapat pengakuan, sehingga kita merasa lelah. Namun, periksa dulu siapa orangnya. PRESIDEN, DALAM MASA PENGEFISIENSIAN. Saat cabang olahraga lain diabaikan, (justru) cabang yang populer dan diminati banyak orang lebih difokuskan,” tegas Lindswell.
Selanjutnya, Lindswell menguraikan sejarah perjalanan pulang para atlet wushu junior tersebut. Mereka diundang dan dikumpulkan dengan cara mendadak, melalui proses penyaringan, serta terpilih untuk bergabung dalam pusat latihan nasional, sehingga menyebabkan mereka harus meninggalkan pendidikannya di sekolah.
Meskipun demikian, usai menghabiskan waktu delapan bulan di pusat latihan nasional, pada pertengahan Maret 2025, mereka menerima berita pulang melalui panggilan video Zoom.
“mereka dikirim pulang.” dan mengingat bahwa ini merupakan bagian dari program kementerian pemuda dan olahraga, tentunya kami tidak memiliki kekuatan untuk menolak,” jelas lindswell.
Dia menggarisbawahi bahwa kendala yang dihadapi oleh pemain wushu ini hanyalah salah satu dari berbagai insiden serupa yang juga mempengaruhi cabang olahraga unggulan lainnya yang belum menerima perhatian sepadan.
” Ini hanyalah sebagian kecil dari berbagai tantangan yang dihadapi cabang olahraga unggulan tetapi tidak serumit sepak bola. Oleh karena itu, adakah kemungkinan cabang olahraga lain mendapat perhatian lebih dari pemerintah? ” imbuh Lindswell.
Untuk menyelesaikan pidatonya, Lindswell mengungkapkan bahwa kritik tersebut mencerminkan rasa prihatin serta keinginan supaya pemerintah dapat meningkatkan mekanisme dan perilaku dalam mendukung semua atlet di Indonesia dengan cara yang lebih adil. Dia pun turut mengharapkan agar publik dapat melihat kondisi saat ini dari sudut pandang yang obyektif.
Jika Anda para penggemar dan mendukung ketidakadilan, berarti Anda turut serta memperburuk performa pemerintahan mereka. Tujuan kami adalah untuk mencapai perkembangan di semua sektor dan aspek kehidupan.
“Menjadi tugas saya seorang yang terlibat dalam bidang olahraga harus menyuarakan hal ini,” tandasnya.
Baca juga : Bandung Tertib Saat Iduladha! Sapi 1,2 Ton dari Presiden Prabowo Disalurkan di Masjid Al Ukhuwah!
Saran dan Pendapat dari Masyarakat
Di sisi lain, komedian dan pengamat sosial, Ernest Prakasa, juga memberikan pendapat mengenai pemberian hadiah berupa jam tangan mewah untuk para pemain Timnas.
Walaupun menyetujui usaha keras para atlet, Ernest meragukan asal-usul dana untuk hadiah itu, khususnya saat pemerintahan sedang mendorong tentang pengelolaan keuangan dengan bijak.
“Puji kepada para pemain yang telah berusaha keras,” tulis Ernest melalui akun X (sebelumnya Twitter) pada hari Minggu, 8 Juni 2025.
Namun, dia merasa kebingungan dan berpikir, “Sebagai warganegara, rasanya normal sih buat gue bingung nih, dibilang hemat biaya, trus ini kan pake anggaran apa?”
Komentar Ernest telah menimbulkan debat panas di platform-media sosial. Beberapa pengguna internet menyokong pendapatnya dan menginginkan keterbukaan tentang asal-usul dana untuk hadiah Rolex itu.
Akan tetapi, banyak juga orang yang berpandangan bahwa memberikan hadiah merupakan suatu tindakan yang biasa untuk menyatakan rasa terima kasih.
Akun X @banumustafa24 menyatakan, “Di luar pertanyaan masyarakat tentang asal-usul anggaran tersebut, pembagian ini pun memberi dampak pada atlet cabang olahraga lain yang kurang mendapat perhatian. Lagi-lagi, protes ini bukan mencela para pemain sepak bola, tetapi mengharapkan pemerintah bersikap adil terhadap semua atlet.”
Akun @asnianoy menyatakan, “Beberapa cabang olahraga seperti panjat tebing, angkat besi, wushu, dan bulu tangkis tidak ada hubungannya. Sebenarnya jika dibandingkan dengan sepak bola, olahraga-olahraga tersebut memiliki prestasi yang lebih terlihat.”
Saat Kebersamaan dan Keceriaan Anggota Tim Nasional
Sebaliknya, para atlet Tim Nasional Indonesia mendapat penghargaan khusus dari Presiden Prabowo Subianto setelah mengamankan tempat di fase play-off Piala Dunia.
Hadir sebagai bagian dari atmosfer yang hangat dan keluarga di rumah pribadi Prabowo di Jalan Kertanegara IV, Jakarta, pada hari Jumat tanggal 6 Juni 2025, hadiah istimewa berupa sebuah jam tangan bergengsi merek Rolex diserahkan.
Pemain-pemain mengambil pulang tas hadiah warna hijau yang berisikan jam tangan Rolex. Adegan pemberian hadiah tersebut direkam dan diposting oleh mantan pemain tim nasional, Justin Hubner, melalui akun Instagramnya.
Pemain-pemain kelihatan gembira dan kaget ketika mereka tahu apa yang ada di dalam goodie bag itu.
Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI menyatakan bahwa pertemuan tersebut tidak termasuk dalam agenda kenegaraan, tetapi merupakan ide dari Presiden sendiri untuk menghargai usaha tim nasional berbaju merah putih.
“Karena acara ini tidak digelar di Istana Merdeka, melainkan di rumah pribadi. Maka mereka merasakan suasana seperti dalam lingkungan keluarga. Sang Presiden memperlakukan mereka sebagaimana anggota keluarganya sendiri. Mengingat bahwa mereka telah banyak mengorbankan diri demi Bendera Kita. Oleh karena itu, sang Presiden sangat menikmati penghargaan yang diberikan,” jelas Erick kepada para reporter.
Erick pun mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyediakan dana bantuan yang mendekati 200 miliar Rupiah setiap tahunnya untuk sepak bola di Indonesia. Ini merupakan jumlah tertinggi dalam catatan sejarah kepemimpinan Prabowo.
Di samping memberikan hadiah, Presiden Prabowo meminta skuad Garuda untuk terus bermain dengan performa terbaiknya pada pertandingan penutup fase grup menghadapi Jepang.
“Presiden mengingatkan kami bahwa meskipun kita telah berhasil mencapai babak play-off, kita harus tetap memberikan performa terbaik ketika bertemu dengan tim Jepang. Kita tidak boleh menjadi lengah hanya karena sudah melaju lebih jauh dalam kompetisi ini. Hal itu bukannya sifat yang biasanya ditunjukkan oleh bangsa kita,” papar Erick merespons instruksi dari Presiden.
Mengenai harga jam tangan tersebut, spekulasi dari warganet menunjuk ke arah model Rolex GMT-Master II yang diyakini berharga sekitar Rp190 juta sampai dengan Rp250 juta untuk setiap unitnya. Ini adalah salah satu simbol status yang terkenal karena fitur dual time zone-nya serta bahan-bahan premium yang digunakan dalam pembuatannya.
Pemberian Hadiah Berharga kepada Atlet
Hadiah istimewa ini juga menggambarkan perhatian pemerintah terhadap pencapaian dalam sepak bola domestik, walaupun masih memicu diskusi tentang kurangnya keseimbangan dalam dukungan serta sarana untuk para pemain di disiplin olah raga yang lain.
Tentu saja, tujuan utama para atlet adalah melihat bagaimana pemerintah dapat secara konsisten menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap seluruh jenis olahraga.
Jika ingin update tentang hal di sekitar Bandung, selalu kunjungi website sekitarbandung.com