Perang Aturan! Ini 5 Perbedaan Threads Paling Fatal Kebijakan Konten Dewasa di 2 Raksasa Medsos: Threads vs Twitter

  sekitarBANDUNGcom – Saat Meta meluncurkan Threads pada pertengahan 2023, dunia menyambutnya sebagai calon “Pembunuh Twitter” yang paling potensial. Pertarungan awal terlihat berfokus pada fitur

threads

 

sekitarBANDUNGcom – Saat Meta meluncurkan Threads pada pertengahan 2023, dunia menyambutnya sebagai calon “Pembunuh Twitter” yang paling potensial. Pertarungan awal terlihat berfokus pada fitur dan jumlah pengguna. Namun, seiring berjalannya waktu, medan pertempuran sesungguhnya antara Threads dan X (sebelumnya Twitter) kini semakin jelas: ini adalah perang filosofi tentang kebebasan berbicara, dan garis demarkasi paling tebal ditarik pada satu isu yang sangat sensitif, yaitu konten dewasa.

Di satu sisi, ada dunia Meta yang steril dan ramah pengiklan di Threads. Di sisi lain, ada alun-alun publik yang liar dan tanpa sensor di bawah kepemimpinan “free speech absolutist” Elon Musk. Kebijakan mereka yang saling bertolak belakang dalam menangani konten pornografi dan ketelanjangan bukan hanya sekadar aturan teknis; ia adalah sebuah pernyataan fundamental tentang identitas dan masa depan masing-masing platform. Berikut adalah lima perbedaan paling fatal yang wajib dipahami oleh setiap pengguna.

 

1. Filosofi Dasar: Taman Dinding Aman di Threads vs. Alun-Alun Bebas di Twitter

 

Perbedaan pertama dan yang paling mendasar adalah filosofi di balik platform. Threads, sebagai produk turunan Instagram, mewarisi DNA Meta yang memprioritaskan “keamanan” dan lingkungan yang ramah keluarga serta pengiklan. Mereka membangun sebuah “taman bertembok” (walled garden) di mana konten dijaga ketat untuk memastikan tidak ada materi yang dapat menyinggung atau membahayakan citra merek yang beriklan di sana.

Sebaliknya, X di bawah Elon Musk memposisikan diri sebagai “alun-alun digital global” di mana kebebasan berekspresi, termasuk ekspresi yang kontroversial, menjadi nilai tertinggi. Kebijakan konten dewasa yang longgar adalah manifestasi dari prinsip tersebut.

Casey Newton, seorang jurnalis teknologi terkemuka dari Platformer, menganalisis perbedaan visi ini.”Meta, dengan Threads, sedang membangun sebuah alternatif bagi Twitter yang lebih tenang dan tidak terlalu kacau, yang dirancang untuk menarik pengguna dan pengiklan yang sudah lelah dengan drama. Sementara itu, Musk ingin X menjadi platform untuk ‘semuanya’, termasuk konten yang tidak akan pernah diizinkan oleh Meta,” tulisnya.

 

2. Aturan Ketelanjangan: Threads Melarang Keras, Twitter Memberi Ruang

 

Perbedaan filosofi tersebut diterjemahkan langsung ke dalam aturan komunitas yang sangat kontras. Panduan Komunitas Threads (yang mengadopsi aturan Instagram) secara eksplisit melarang “foto, video, atau media digital lain yang dibuat secara digital yang menunjukkan hubungan seksual, alat kelamin, dan foto-foto bokong yang diekspos sepenuhnya.” Ada beberapa pengecualian yang sangat terbatas, seperti untuk konteks persalinan, kesehatan, aksi protes, atau karya seni.

Di sisi lain, kebijakan Media Sensitif Twitter/X memperbolehkan pengguna untuk memposting media dewasa yang diproduksi dan didistribusikan atas dasar kesepakatan (consensually produced adult content), dengan syarat bahwa konten tersebut harus ditandai sebagai media sensitif. Perbedaan kebijakan pada platform Threads ini sangat fundamental.

Sarah Myers West, Direktur Pelaksana dari AI Now Institute, menyoroti implikasi dari kebijakan yang berbeda ini. “Pendekatan Meta di Threads lebih proaktif dan preventif, bertujuan untuk menghilangkan konten bermasalah sebelum menyebar. Sementara pendekatan X lebih reaktif dan menempatkan tanggung jawab pada pengguna untuk memfilter apa yang ingin mereka lihat. Keduanya memiliki konsekuensi besar bagi keamanan pengguna dan kebebasan berekspresi,” paparnya dalam sebuah forum.

 

3. Monetisasi Kreator: Peluang di Twitter, Pintu Tertutup Rapat di Threads

 

Perbedaan kebijakan ini berdampak langsung pada ekonomi para kreator konten (creator economy). Di Twitter/X, para kreator konten dewasa dapat secara legal memanfaatkan fitur seperti Subscriptions (langganan) untuk memonetisasi audiens mereka, menciptakan sebuah sumber penghasilan.

Hal tersebut mustahil terjadi di Threads. Setiap upaya untuk memonetisasi konten yang melanggar kebijakan ketelanjangan akan berujung pada penghapusan konten, penangguhan fitur monetisasi, dan bahkan penonaktifan akun secara permanen. Keputusan ini secara efektif menjadikan Threads sebagai platform yang tidak ramah bagi segmen kreator dewasa, sebuah pasar yang cukup besar di internet.

 

4. Metode Penegakan: Algoritma Proaktif Threads vs. Sistem Reaktif Twitter

 

Bagaimana aturan tersebut ditegakkan juga sangat berbeda. Meta telah menginvestasikan miliaran dolar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) yang canggih untuk memoderasi konten di Facebook, Instagram, dan kini Threads. Algoritma ini secara proaktif memindai jutaan unggahan setiap detiknya untuk mendeteksi dan menghapus konten yang melanggar aturan, seringkali bahkan sebelum ada pengguna yang melaporkannya.

Sebaliknya, X, setelah akuisisi oleh Musk, melakukan perampingan besar-besaran pada tim moderasi kontennya. Akibatnya, platform tersebut menjadi lebih bergantung pada laporan dari pengguna dan sistem penegakan yang bersifat reaktif. Hal tersebut seringkali menyebabkan waktu respons yang lebih lambat dan penegakan yang kurang konsisten. Pengguna Threads merasakan pengalaman yang jauh lebih “bersih”.

 

5. Medan Perang Pengiklan: Brand Safety di Threads vs. Risiko di Twitter

threads

 

Perbedaan terakhir adalah yang paling krusial dari sisi bisnis: keamanan merek (brand safety). Perusahaan-perusahaan besar sangat enggan untuk memasang iklan produk mereka di samping konten pornografi, ujaran kebencian, atau konten kontroversial lainnya. Kebijakan Threads yang ketat menjadikannya surga bagi para pengiklan; sebuah lingkungan yang terjamin aman untuk citra merek mereka.

Sebaliknya, kebijakan Twitter/X yang longgar menciptakan risiko brand safety yang tinggi, yang menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak pengiklan besar menarik diri atau mengurangi belanja iklan mereka secara drastis sejak akuisisi. Perbedaan fatal dalam kebijakan konten dewasa ini secara langsung menentukan siapa yang akan memenangkan perang untuk merebut dolar dari para pengiklan. Banyak merek besar kini merasa lebih aman beriklan di Threads.

Pada akhirnya, “Perang Aturan” ini menunjukkan bahwa Threads dan Twitter/X tidak lagi bersaing untuk menjadi produk yang sama. Mereka menawarkan dua visi yang sama sekali berbeda tentang masa depan media sosial. Threads menawarkan sebuah ruang yang terkurasi, aman, dan sopan. Sementara X menawarkan sebuah arena yang bebas, mentah, dan terkadang brutal. Pilihan kini ada di tangan pengguna dan kreator: di dunia digital seperti apa Anda ingin menghabiskan waktu Anda?

Related Post

Tinggalkan komentar