Gangguan Mata Akibat Gawai Meningkat, Pemerintah Bandung Gratiskan Pemeriksaan Penglihatan

BERITA, KOTA BANDUNG60 Dilihat

sekitarbandung.com – Kasus gangguan mata akibat gawai semakin meningkat di berbagai kota, termasuk Bandung. Pemerintah kini turun tangan dengan menyediakan pemeriksaan mata gratis bagi masyarakat sebagai langkah pencegahan dini terhadap kerusakan penglihatan.

Gangguan Mata Akibat Gawai Jadi Tantangan Baru

Direktur Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Antonia Kartika Indriati, menyebut bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan menjadi faktor utama meningkatnya kasus gangguan refraksi atau penglihatan kabur.
“Banyak anak dan remaja kini mengeluh pandangan buram atau cepat lelah karena terlalu lama menatap layar ponsel,” katanya dalam acara World Sight Day 2025 di Bandung, Kamis (9/10/2025).

Ia menjelaskan, data nasional menunjukkan angka kebutaan di Indonesia masih sekitar tiga persen, tertinggi di Asia Tenggara. Melalui program Indonesia SPECS 2030, pemerintah berkomitmen menekan angka tersebut dengan meningkatkan layanan pemeriksaan dan edukasi kesehatan mata.

Baca Juga: Macan Tutul Bandung dari Hotel Anugerah Akan Direhabilitasi di PPS Cikananga Sukabumi

Pemerintah Gencarkan Pemeriksaan Gratis

Untuk mencegah gangguan mata akibat gawai semakin parah, pemerintah bekerja sama dengan Rumah Sakit Mata Cicendo dan dinas kesehatan daerah untuk membuka pos pemeriksaan mata gratis di sekolah, puskesmas, dan pusat layanan masyarakat.

“Tujuannya agar deteksi dini bisa dilakukan sejak anak-anak, karena gangguan mata di usia muda bisa memengaruhi prestasi belajar dan produktivitas,” ujar Antonia.

Selain pemeriksaan, program ini juga menyediakan bantuan kacamata gratis bagi pelajar dari keluarga kurang mampu. Pemerintah berharap inisiatif ini mendorong masyarakat lebih peduli pada kesehatan mata sejak dini.

Dampak Digital Terhadap Kesehatan Mata

Ketua Tim Kesehatan Indra Kementerian Kesehatan RI, Prihandriyo Sri Hijranti, menegaskan pentingnya kebiasaan sehat di era digital.
“Penggunaan gawai yang terlalu lama tanpa istirahat membuat mata cepat lelah, kering, dan rentan mengalami gangguan refraksi,” jelasnya.

Ia menyarankan masyarakat menerapkan aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata dengan melihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik.
Langkah sederhana ini efektif mengurangi risiko gangguan mata akibat gawai yang kini makin sering menyerang usia produktif.

WHO Dukung Program SPECS 2030

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Paranietharan, mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia dalam memperluas layanan kesehatan mata.
“Pendekatan berbasis komunitas seperti yang dilakukan Bandung ini merupakan contoh nyata bagaimana negara bisa memperkuat akses layanan penglihatan,” ujarnya.

WHO juga mendukung pengembangan Vision Centre di berbagai kota besar serta penerapan teknologi teleoftalmologi agar layanan mata dapat menjangkau daerah terpencil.

Menuju Indonesia Sehat Mata 2030

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, menyebut target pemerintah adalah meningkatkan cakupan layanan refraksi hingga 40 persen pada 2030.
“Lebih dari 15 juta penduduk berusia di atas 50 tahun mengalami gangguan penglihatan akibat katarak dan refraksi. Kita ingin menekan angka ini dengan skrining dan edukasi berkelanjutan,” tegasnya.

Program Indonesia SPECS 2030 juga menargetkan pemerataan alat bantu penglihatan seperti kacamata berkualitas dengan harga terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Informasi lengkap program pemeriksaan mata gratis dapat diakses melalui Kementerian Kesehatan RI.
Untuk panduan menjaga kesehatan mata di era digital, kunjungi situs resmi World Health Organization (WHO).

Jika ingin update tentang hal di sekitar bandung, selalu kunjungi website sekitarbandung.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *